SURABAYA, INFOBATIWAKKAL.ID — Program Surabaya Mengajar (PSM) yang digagas Pemerintah Kota Surabaya telah menjadi salah satu upaya konkret untuk mendukung pendidikan di berbagai sekolah, termasuk di SMPN 45 Surabaya. Program ini melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi sebagai tenaga pendukung untuk mengatasi kekurangan guru dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Salah satu peserta program ini adalah Citranata Dewi Sekar, mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya, yang menjalani peran sebagai guru Bimbingan Konseling (BK).
Peran Penting Mahasiswa PSM
Menurut Irchamna Chamalia, S.Pd., guru BK di SMPN 45, keberadaan mahasiswa magang melalui program PSM sangat membantu dalam meningkatkan motivasi siswa dan mendukung pembelajaran. Namun, ia menekankan perlunya arahan yang lebih konkret bagi mahasiswa agar peran mereka lebih fokus dan efektif.
“Mahasiswa perlu memahami tugas spesifik mereka di lapangan. Dalam konteks BK, misalnya, mereka harus dapat mengidentifikasi siswa yang membutuhkan bantuan dan menawarkan solusi yang jelas. Dengan begitu, manfaatnya akan lebih terasa, baik bagi siswa maupun bagi mahasiswa itu sendiri,” ujarnya.
Irchamna Chamalia yang akrab disapa Lia, juga mencatat bahwa jurnal kegiatan mahasiswa PSM sering kali tidak terfokus pada mata pelajaran tertentu atau tugas spesifik, sehingga mengurangi efektivitas program. Oleh karena itu, ia mengusulkan perlunya koordinasi lebih baik antara pihak kampus dan sekolah untuk menyelaraskan tujuan program dengan kebutuhan sekolah.
Tantangan dan Harapan Kepala Sekolah
Senada dengan itu, Kepala SMPN 45 Surabaya, Reny Indaryati, M.Pd., mengungkapkan bahwa meskipun program ini sangat membantu, terdapat kendala terkait kesesuaian jurusan mahasiswa dengan kebutuhan sekolah.
“Saat ini, mahasiswa yang dikirim ke sekolah kami berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi. Padahal, kebutuhan utama kami adalah guru untuk mata pelajaran seperti Bahasa Jawa, Olahraga, dan IPS. Ini mengakibatkan kontribusi mahasiswa tidak maksimal dalam mengisi kekurangan guru,” kata Reny.
Meski demikian, Reny menegaskan bahwa keberadaan mahasiswa PSM sangat membantu, terutama dalam mengelola kelas saat guru harus bertugas di luar sekolah. “Program ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa dalam mengelola siswa dan menghadapi tantangan di lapangan. Mereka belajar cara mengajar, mengelola kelas, dan berinteraksi dengan siswa secara langsung,” tambahnya.
Pentingnya Koordinasi dan Arahan yang Jelas
Baik Lia maupun Reny sepakat bahwa komunikasi dan koordinasi antara pihak sekolah, mahasiswa, dan kampus perlu ditingkatkan. Reny menyarankan agar ada pertemuan awal antara pihak kampus dan sekolah untuk membahas tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga program dapat berjalan lebih efektif.
“Komunikasi yang baik di awal, tengah, dan akhir program sangat penting. Ini akan memastikan bahwa semua pihak memahami peran mereka, sehingga tidak ada kebingungan di lapangan,” ujar Reny.
Program Surabaya Mengajar tidak hanya memberikan manfaat bagi sekolah, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran praktis bagi mahasiswa. Citranata Dewi Sekar, sebagai salah satu peserta program, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan tersebut. “Melalui program ini, saya bisa belajar banyak tentang dunia pendidikan, terutama dalam bidang BK. Pengalaman ini sangat berharga untuk karier saya ke depan,” ungkapnya.
Dengan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, program Surabaya Mengajar diharapkan dapat terus menjadi solusi atas keterbatasan tenaga pengajar sekaligus meningkatkan mutu pendidikan di Surabaya.