banner 728x250

Tiktok Menjadi Senjata Revolusi Gen Z Tentang Buku ‘Blok Pembangkang’ Sebagai Triger Perlawanan Terhadap Rezim

Perlawanan adalah bagian dari pergerakan, melakukan pergerakan harusnya juga membuahkan perubahan tidak hanya kekacauan hingga kehancuran. Dan media juga menjadi jembatan sebagai perlawanan seperti konten TikTok ‘adit mkm’ yang membahas buku ‘Blok Pembangkang’, buku yang kabarnya sempat dilarang oleh pemerintah semacam buku Madilog, dengan melempar pertanyaan: “Mengapa rezim takut sama pergerakan punk?”

Di sana ‘adit’ membacakan sejarah dan perkembangan anarko yang menjadi bekal ideologi anak punk yang mendasari pertanyaan yang ia lempar. Buku ‘Blok Pembangkang’ membahas anarcho punk, salah satu subkultural yang cukup menarik, terutama dalam konteks interaksinya dengan struktur kekuasaan, status quo atau borjuis, dan ideologi yang cukup dominan. TikTok menjadi arena bagi gerakan untuk membangkitkan dan mengekspresikan suara mereka. Tulisan ini membahas efektivitas suatu praktik budaya dapat berfungsi sebagai alat perlawanan dan berdampak terhadap masyarakat.

banner 325x300

Menurut Dick Hebdige, “subcultural bukan sekadar gaya hidup, melainkan juga bentuk perlawanan terhadap norma-norma yang ada.” Dan movement anarcho di Indonesia mencerminkan penolakan terhadap otoritas dan ideologi yang dianggap menindas kelas bawah bahkan rakyatnya sendiri. Dalam TikTok, ‘adit mkm’ berusaha memperkenalkan pesan-pesan dan tujuan perlawanan anarcho di Indonesia dan berharap penonton dapat menumbuhkan perlawanan di dalam dirinya. Dan ‘adit mkm’ menggunakan TikTok sebagai jembatan untuk konten kreatif dan menarik yang dapat ditangkap oleh penontonnya.

Praktik pergerakan anarcho di Indonesia, seperti penggunaan atribut full hitam dan bendera hitam yang berlogokan A berwarna putih yang dilingkari garis bulat berwarna putih, dan musik punk yang over distorsi, serta aksi protes di jalan raya hingga vandalis di tembok-tembok kosong, berfungsi sebagai alat menentang kekuasaan yang ada. Dan di TikTok, mereka membuat dan mengupload konten yang secara tidak langsung mengajak penonton untuk berpikir kritis mengenai isu-isu sosial dan politik. Atribut serba hitam menjadi simbol yang merefleksikan aspirasi perlawanan dan kebebasan serta keadilan sosial, dan mengajak generasi muda yang masih berpikir untuk berpikir kritis dan terlibat dalam diskusi yang lebih luas.

Meskipun arti prinsip dari anarcho sendiri cukup utopia, Guru Gembul berkata: “Makin ke sini, lama kelamaan anarcho cukup relevan dan menjadi nyata, dengan apa yang terjadi oleh rezim yang mulai merugikan rakyatnya. Maka tidak salah jika rakyatnya melawan menggunakan prinsip anarcho untuk jalan keluarnya.” Pertahanan dan tantangan movement ini tidak hanya merefleksikan ketidakpuasan akan sistem yang dibuat, tetapi juga mempertahankan nilai anti-otoritarian (sikap menentang otoritarianisme) dan egaliter (sederajat) semacam equality (sama rasa, sama rata). Menentang ideologi neoliberalis (mekanisme ekonomi pasar bebas yang mengurangi regulasi rezim) yang dominan bagi dan untuk kaum kelas atas, yang bahkan kebanyakan pelakunya adalah orang pemerintahan sendiri atau politikus. Dan hal itu acap kali mengabaikan kepentingan masyarakat kecil.

Lewat konten TikTok, dapat difungsikan sebagai ranah edukasi untuk announce kesadaran rakyat yang kritis dan tertindas dalam menghadapi ketidakadilan, sekaligus menentang stigma negatif yang melekat pada subkultural yang sengaja dibuat rezim dan didoktrin ke masyarakat yang tidak teredukasi, supaya tidak mengganggu tatanan kelas atas seperti status quoatau borjuis.

Refleksi kritis saya terhadap penyebaran edukasi perlawanan komunitas anarcho punk di Indonesia, melalui konten TikTok yang dikemas oleh ‘adit mkm’ lewat buku ‘Blok Pembangkang’. Pergerakan ini mempunyai potensi untuk membawa perubahan dan tantangan yang dihadapi tidak dapat begitu saja diabaikan. Stigma buruk yang sudah melekat pada anarcho punk dapat menjadi hambatan sebagai pintu edukasi ke khalayak ramai. Karena itu penting untuk menata kembali stigma atau pandangan buruk, menjadi bukti nyata ke masyarakat terhadap efisiensi perlawanan yang dilakukan dan memperkenalkan pemahaman yang lebih signifikan terhadap nilai yang mereka gaungkan. Serta TikTok lah yang berpotensi sebagai penyalur bukti nyata dan stigma buruk yang akan dipatahkan, asal konten yang dihasilkan mampu tersebar dan menjangkau audiens yang menyeluruh. Dan era ini harusnya sudah cukup efisien, serta berkolaborasi dengan gerakan sosial lainnya di TikTok untuk penyebaran konten pendidikan dan kampanye untuk mengatasi kesenjangan pemahaman pada masyarakat luas. Dengan ini, suara yang digaungkan anarcho tidak hanya suara alternatif, tapi menjadi bagian dari gerakan yang lebih lebar dan besar.

Dan apakah pemahaman atau teori yang bisa menjadi alternatif atau bahkan memperkuat pergerakan ini? Ada, seperti tindakan emansipatoris (berkaitan dengan emansipasi yang menuntut pembebasan dari pengekangan dan kesetaraan) kritis dapat digunakan untuk memperkuat. Pendekatan ini sangat membantu mengelola strategi yang lebih efektif dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat yang tertindas, dengan memanfaatkan TikTok sebagai jembatannya.

Begitulah opini saya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi dan individu yang juga terlibat dalam komunitas punk.Perpaduan pemikiran kritis dan kreatif jika dipadukan dapat menjadi senjata yang mematikan bagi orang-orang yang tamak. Materi buku Blok Pembangkang dan pemanfaatan media digital seperti TikTok dapat berfungsi sebagai alat perlawanan terhadap struktur kekuasaan yang bobrok dan ideologi yang menindas serta doktrin berita yang beropini sesat pikir atau logical fallacy. Mari kita bersama-sama bergerak dan berpartisipasi dalam perubahan yang lebih konstruktif (pendorong atau pengembangan kemajuan yang lebih lanjut) untuk masa depan bangsa yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya. Jika buku teori saja lebih ‘gila’ dampaknya dari tren lagu TikTok yang ada, maka mengapa aksi demo mahasiswa kerap kali dikomentari didanai asing atau ditunggangi oleh demonstran bayaran menjadi headline berita yang medianya memberitakan kebaikan pemerintah?

Kapan kita mulai sadar bedanya subversi yang sesungguhnya dengan menggerakkan pemberontakan semu (memberontak yang tidak ditujukan menggulingkan, hanya untuk kepentingan sendiri dan memiliki tujuan lain, atau ditunggangi)?

NAMA      : Achmad Dany Nur Fajri

NIM         : 1152200384

DOSEN PENGAMPU: Dr. Merry Fridha., M.Si

MATA KULIAH   : Media And Cultural Studies

SUMBER:

https://www.academia.edu/99750004/_Buku_Blok_Pembangkang_Gerakan_Anarkis_di_Indonesia_1999_2011

https://www.academia.edu/30535703/Subculture_menurut_Dick_Hebdige

https://vt.tiktok.com/ZSHbkbLfEdvFx-1pgcF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *